Pada suatu hari saat TUHAN YESUS sedang mengajar, datanglah seorang pemuda menghadap TUHAN dan bertanya;
"TUHAN, semua hal yang diperintahk
an
ALLAH untuk harus dilakukan agar bisa masuk Surga, sudah saya lakukan.
Apakah saya sudah memenuhi syarat untuk bisa masuk Surga?"
Berkatalah TUHAN; "Banyak hal baik telah kamu lakukan. Tapi masih belum cukup bagimu untuk bisa masuk Surga. Karena Surga itu mahal harganya. Maka jual lah seluruh harta bendamu dan bagikanlah hasilnya kepada orang-orang miskin. Kemudian datang dan ikuti AKU. Dengan cara ini, baru lah kamu memenuhi syarat untuk bisa masuk Surga".
Mendedengar hal itu, sedihlah hati pemuda itu. Karena hartanya sangat banyak. Dan dia tidak mungkin mau menjualnya untuk membagikannya begitu saja kepada orang-orang miskin.
Pemuda itu lalu meninggalkan TUHAN dengan wajah yang sangat murung dan dengan hati yang sangat sedih.
Maka berkatalah TUHAN kepada orang banyak yang sedang mengerumuni-Nya; "Lebih gampang seekor unta masuk melewati lubang jarum, dari pada orang kaya memasuki Kerajaan ALLAH".
Memang sulit bagi orang kaya untuk memasuki Kerajaan ALLAH. Dikira gampang ya masuk Surga. Ketika berada di Timor Leste selama 23 hari (dari 13 Agustus 2012 - 5 September 2012), banyak konfigurasi sosial yang saya saksikan. Di satu sisi bermunculan ORKADA bagaikan jamur di musim penghujan. Tapi di sisi yang lain banyak bermunculan orang miskin.
Yang terlihat, para ORKADA-ORKADA itu, umunya pejabat negara, yang memiliki rumah-rumah yang sangat mewah, mobil-mobil bermerek yang sangat mahal, dengan kulit perut yang makin tebal, dan mungkin uangnya menumpuk menggunung di bank, dikelilingi oleh orang-orang miskin yang kulit perutnya makin tipis dengan kehidupannya yang sangat memprihatinkan.
Walau Timor Leste adalah negara baru, namun hal-hal klise kembali terulang. Kesenjangan sosial semakin sulit dihindari. Mungkin fenomena ini hanya untuk membuktikan apa yang pernah dikemukakan oleh "Eric Fromm", Tokoh Psikoanalis Sosial asal Jerman yang berkata, bahwa di dunia ini tidak ada bangsa yang secara moral maupun iman, lebih baik dari bangsa lain.
Para politikus bermain retorika verbalisme yang tak bertepi. Tapi implementasinya dalam kehidupan real tidak pernah sesuai dengan apa yang mereka kotbahkan dari atas panggung retorika.
Mereka menjadi ORKADA yang makin kaya. Sementara kekayaan mereka membawa konsekwensi logis di mana akan semakin banyak bermunculan orang-orang miskin.
Jika kita telusuri baik-baik, ada yang gajinya sebagai pejabat negara berbanding terbalik dengan lifestyle (gaya hidup) mereka. Maka pertanyaannya adalah; "Dari mana mereka mendapatkan semuanya untuk bisa menjalani lifestyle seperti itu?"
Apakah semua yang mereka miliki adalah karena gaji mereka yang sangat tinggi sebagai pejabat negara? Atau karena warisan leluhur? Rapelan dari Portugal? Menang lotre? Atau ada cara lain?
Yang paling aneh adalah politikus yang berkoar-koar tentang TEORI SOSIALIS. Jika seseorang berkoar-koar mengenai TEORI SOSIALIS, seharusnya yang bersangkutan tidak boleh menjalani lifestyle yang serba wah, sementara pada saat yang bersamaan dia dikelilingi oleh orang-orang miskin.
Bukankah berbicara tentang SOSIALISME adalah berbicara tentang SOLIDARITAS? Solidaritas dengan siapa? Solidaritas dengan orang kaya atau solidaritas dengan orang miskin? Jika solidaritas dengan orang miskin, maka jangan menumpuk kekayaan untuk dinikmati diri sendiri dan keluarga?
Maka yang paling tepat untuk disematkan kepada orang-orang seperti itu adalah; "Mulut sosialis, perut kapitalis, hati atheis, watak egois, otak bisnis, kaki tangan anarkis".
Orang-orang seperti itu akan menganggap nas yang berbunyi; "Ada perjanjian yang tak terbatalkan antara ALLAH dengan orang miskin dan ada pertentangan yang tak terdamaikan antara ALLAH dengan orang kaya", adalah merupakan lelucon kosong dan komedi basi sepanjang sejarah peradaban manusia.
Semoga renungan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin...!!!
Negeri Sejuta Pura, Minggu, 9 September 2012
Catatan Kaki:
ORKADA = Orang Kaya Mendadak.
Berkatalah TUHAN; "Banyak hal baik telah kamu lakukan. Tapi masih belum cukup bagimu untuk bisa masuk Surga. Karena Surga itu mahal harganya. Maka jual lah seluruh harta bendamu dan bagikanlah hasilnya kepada orang-orang miskin. Kemudian datang dan ikuti AKU. Dengan cara ini, baru lah kamu memenuhi syarat untuk bisa masuk Surga".
Mendedengar hal itu, sedihlah hati pemuda itu. Karena hartanya sangat banyak. Dan dia tidak mungkin mau menjualnya untuk membagikannya begitu saja kepada orang-orang miskin.
Pemuda itu lalu meninggalkan TUHAN dengan wajah yang sangat murung dan dengan hati yang sangat sedih.
Maka berkatalah TUHAN kepada orang banyak yang sedang mengerumuni-Nya; "Lebih gampang seekor unta masuk melewati lubang jarum, dari pada orang kaya memasuki Kerajaan ALLAH".
Memang sulit bagi orang kaya untuk memasuki Kerajaan ALLAH. Dikira gampang ya masuk Surga. Ketika berada di Timor Leste selama 23 hari (dari 13 Agustus 2012 - 5 September 2012), banyak konfigurasi sosial yang saya saksikan. Di satu sisi bermunculan ORKADA bagaikan jamur di musim penghujan. Tapi di sisi yang lain banyak bermunculan orang miskin.
Yang terlihat, para ORKADA-ORKADA itu, umunya pejabat negara, yang memiliki rumah-rumah yang sangat mewah, mobil-mobil bermerek yang sangat mahal, dengan kulit perut yang makin tebal, dan mungkin uangnya menumpuk menggunung di bank, dikelilingi oleh orang-orang miskin yang kulit perutnya makin tipis dengan kehidupannya yang sangat memprihatinkan.
Walau Timor Leste adalah negara baru, namun hal-hal klise kembali terulang. Kesenjangan sosial semakin sulit dihindari. Mungkin fenomena ini hanya untuk membuktikan apa yang pernah dikemukakan oleh "Eric Fromm", Tokoh Psikoanalis Sosial asal Jerman yang berkata, bahwa di dunia ini tidak ada bangsa yang secara moral maupun iman, lebih baik dari bangsa lain.
Para politikus bermain retorika verbalisme yang tak bertepi. Tapi implementasinya dalam kehidupan real tidak pernah sesuai dengan apa yang mereka kotbahkan dari atas panggung retorika.
Mereka menjadi ORKADA yang makin kaya. Sementara kekayaan mereka membawa konsekwensi logis di mana akan semakin banyak bermunculan orang-orang miskin.
Jika kita telusuri baik-baik, ada yang gajinya sebagai pejabat negara berbanding terbalik dengan lifestyle (gaya hidup) mereka. Maka pertanyaannya adalah; "Dari mana mereka mendapatkan semuanya untuk bisa menjalani lifestyle seperti itu?"
Apakah semua yang mereka miliki adalah karena gaji mereka yang sangat tinggi sebagai pejabat negara? Atau karena warisan leluhur? Rapelan dari Portugal? Menang lotre? Atau ada cara lain?
Yang paling aneh adalah politikus yang berkoar-koar tentang TEORI SOSIALIS. Jika seseorang berkoar-koar mengenai TEORI SOSIALIS, seharusnya yang bersangkutan tidak boleh menjalani lifestyle yang serba wah, sementara pada saat yang bersamaan dia dikelilingi oleh orang-orang miskin.
Bukankah berbicara tentang SOSIALISME adalah berbicara tentang SOLIDARITAS? Solidaritas dengan siapa? Solidaritas dengan orang kaya atau solidaritas dengan orang miskin? Jika solidaritas dengan orang miskin, maka jangan menumpuk kekayaan untuk dinikmati diri sendiri dan keluarga?
Maka yang paling tepat untuk disematkan kepada orang-orang seperti itu adalah; "Mulut sosialis, perut kapitalis, hati atheis, watak egois, otak bisnis, kaki tangan anarkis".
Orang-orang seperti itu akan menganggap nas yang berbunyi; "Ada perjanjian yang tak terbatalkan antara ALLAH dengan orang miskin dan ada pertentangan yang tak terdamaikan antara ALLAH dengan orang kaya", adalah merupakan lelucon kosong dan komedi basi sepanjang sejarah peradaban manusia.
Semoga renungan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin...!!!
Negeri Sejuta Pura, Minggu, 9 September 2012
Catatan Kaki:
ORKADA = Orang Kaya Mendadak.